Sahabat,perlu engga sih kita memakai helm saat mengendarai sepeda motor..?kenapa juga harus memakai helm,khan ribet,pengap,trus gak bisa gaya,gak kelihatan sama orang,Cuma deket aja koq,kan masih anak sekolah,hmmhh pokoknya banyak deh alasan yang digunakan,untuk yang tidak memakai helm,padahal fungsi helm itu sangat banyak manfaatnya.salah satunya adalah mengurangi resiko kecelakaan.

Kenapa juga harus menggunakan helm yang standard..?kan mahal…mending gak usah pake aja,dari pada mahal…sekarang coba pikirkan..mahal mana harganya antara helm dengan kepala kita..?tentunya semua setuju kalau jawabannya adalah lebih mahal kepala kita dibandingkan dengan helm..iya kan..walaupun mahal saya berharap memang helm helm itu di buat sudah sesuai standard.artinya memang sudah diuji kekuatannya sehingga tahan terhadap benturan,tidak mudah pecah,dan nyaman untuk di pakai,qualitas sebanding dengan harganya,alias bukan helm abal-abal.

Mulai Januari 2010 lalu, UU Lalu Lintas Nomor 22 tahun 2009 mulai diberlakukan. Didalamnya terdapat peraturan baru dan juga sanksi yang lebih berat, baik itu sanksi pidana maupun denda, diantaranya; Penggunaan helm standar SNI, jika melanggar dikenakan denda Rp. 250.000. Berkendara tanpa SIM, dikenai denda Rp. 1.000.000 atau kurungan empat bulan. Sementara pengendara ugal-ugalan dikenai denda Rp. 700.000 atau kurungan selama tiga bulan. Dan sanksi lain seperti; memperhatikan pejalan kaki, berkendara tanpa STNK, perlengkapan kendaraan, sabuk pengaman, dan gunakan lampu isyarat. Seberapa efisien peraturan ini mendorong kesadaran tertib lalu lintas?
Siap atau tidak, peraturan sudah diluncurkan. Bagaimana kita menyikapi hal ini? Sementara kenyataan di lapangan kadang berbicara lain. Sering terjadi praktik-praktik yang tidak sesuai dengan peraturan diatas, baik itu berkenaan dengan denda, yang disebut “damai di jalan”. Dengan kata lain, kendaraan yang ditilang tidak diproses sesuai peraturan, dikarenakan ada oknum yang mencuri kesempatan. Hal ini mengakibatkan sebagian orang enggan menjalankan peraturan tersebut, pikirnya, “Ah, kan ntar juga bisa kasih sepuluh rebu.”

Baru-baru ini aparat yang berwenang melakukan beberapa kali kampanye (Baca;Razia) penggunaan helm standar SNI. Masyarakat diajak untuk menggunakannya baik itu dengan membeli ataupun menukarkannya saat ada kampanye. Beragam pendapat bermunculan, ada yang mengatakan kebijakan helm SNI ditujukan untuk mendongkrak penjualan produk dalam negeri, selain dikarenakan harganya yang mahal. Ada pula yang merasa kalau kebijakan itu demi kebaikan situasi lalu lintas, dikarenakan sering terjadi kecelakaan yang menyebabkan korban luka-luka dan meninggal.

Ada hal lain yang perlu kita sadari bersama, petugas yang berwenang menertibkan lalu lintas memiliki bagian tersendiri. Kita sebagai pengendara juga mempunyai kewajiban yang tentunya akan sangat mempengaruhi keadaan lalu lintas. Ketika kita ugal-ugalan, maka orang lain yang juga berhak menikmati jalan raya akan merasa terganggu. Begitu pula saat kita tidak memakai helm waktu berkendaraan, selain mengundang perhatian, akan sangat mungkin menjadi percontohan yang kurang baik bagi orang lain.

Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan Departemen Perhubungan, pada tahun 2008 telah terjadi kecelakaan yang melibatkan 95.209 kendaraan bermotor. Dan kemungkinannya, kebijakan yang diberlakukan diatas adalah demi keamanan dan kenyamanan masyarakat saat berkendaraan. Data lembaga nasional Global Road Safety Partnership (GRSP) juga memaparkan 84% kecelakaan di jalan raya melibatkan sepeda motor, dan 90% menyebabkan luka parah di kepala.

Bagi sebagian kalangan, helm hanyalah sebagai hiasan atau keharusan. Namun ketika hal itu berkaitan dengan hidup dan mati, maka layaknya menggunakan helm demi mewujudkan penghargaan terhadap diri. Pakai Helm, yuk!

masa buat keselamatan sendiri aja gak mau..TERRR..LHAAA...LUUU...(Pak Polantas mode on..)