28 Mei 2011
Merbabu untuk jiwa yang terluka
Merbabu untuk jiwa yang terluka
Hujan telah turun april lalu.
Biarkan, biarkan ia turun bersama hilangnya rasa di hatimu.
Kecewa menggila,
Sungguh!!
Mata ini lelah berair
Hati ini lelah bergetir
Aku ragu, Aku takut.
Namun tetap ku yakinkan
“Dan kan ku gapai Merbabu dan kan ku akhiri semuanya di puncak itu, kenteng songo 3142 Mdpl..”
Ku awali dengan langkah ragu dan ketidakpastian. Namun, ku harus mampu bersikap selayaknya manusia hebat yang tak gentar akan karang menghadang, terdengar munafik memang.Perjalanan di mulai, bangku deretan belakang pun menjadi pilihan untuk menemani perjalanan malam itu. Tubuhku terasa lelah setelah seharian bekerja dan kurang istirahat pastinya. Kita saling bercerita, saling berpagut dan tersungkur dalam ketidakberdayaan yang tak dapat kita percayai satu sama lain. Tak terasa kau pun terlelap, seperti tak ada beban kau bersandar di bahuku.
Apa kau masih ingat tentang apa yang sering kita impikan dulu..??
Tentang Pernikahan, tentang masa depan, tentang resepsi yang habis dalam satu hari atau tentang gaun kebaya yang akan kau gunakan nanti..?? Aku ingat, tepahat jelas semua impian itu dalam imajiku.
Kita berusaha untuk saling menimpali satu sama lain, berharap semua kan menjadi kenyataan dan indah pada waktunya.
Namun, ternyata hidup tak semudah dengan apa yang kita bayangkan.
Layaknya kita mendaki merbabu, di sertai dengan hujan yang cukup deras kita harus mampu menerobos rimbunnya hutan belantara yang licin dan gelap yang kadang membuat kita terpleset dan terjatuh, banyak pula kita jumpai tebing-tebing yang curam dan tanjakan-tanjakan terjal yang memaksa kita untuk merangkak dan bahkan membuat nafas kita jadi terengah-engah dalam melewatinya. Meskipun sulit, kita harus bertahan dan tetap bersama untuk melanjutkan pendakian.
Ingatkah kau saat kita di guyur hujan yang begitu deras ketika kita melewati tanjakan setan, gede pangrango..??
Apa kau ingat pula sewaktu kita di hantam dingin dan kencangnya badai di hutan lamtoro, sindoro..??
Bukankah kita selalu bersama..??
Bukankah selalu ku genggam erat jemari tanganmu..??
Apakah tak ada sedikitpun pelajaran yang dapat kau ambil dari setiap pendakian yang kita lakukan??
Sungguh,, aku terlalu jauh berkhayal hingga akhirnya aku tersesat dalam belantara sabana cintamu.
Tak pantaskah aku tuk mencari jalan keluar?? ataukah kini kau yang telah tersesat??
Mungkin kau telah tersesat dalam kawah hati ini yang penuh akan pahit asam belerang, ataukah puncak ini terlalu rendah untuk kau daki?? Kau buta, kau tak mampu melihat aku yang tegak berdiri di triangulasi puncak ini.
Masihkah kau dengar lantunan tembang kiroro mirai’e, winter song atau miss you love milik silverchair. Ku yakin kau masih mendengarnya, ya walaupun tak di sampingku pastinya.Kau takkan pernah menyadari hal-hal besar yang begitu bermakna dalam hidupmu yang mungkin masih kau rasa sampai saat ini. Kau takkan pernah mengerti, lalu bagaimana dengan hal-hal kecil yang membawa perubahan besar dalam dirimu??
Tahukah kau..? kita adalah seorang backpacker yang begitu banyak berpetualang dalam mengkhayalkan impian yang akhirnya impian itu kandas dan terpisah menjadi dua paradigma yang berbeda kisah dan cerita. Amarah, jeritan hati dan depresi jiwa yang berbanding terbalik dengan terpahatnya ukiran abadi cincin di jari manismu.
Kecewa menggila!!
Perjuanganku pupus.
Sulit di percaya, karna waktu terasa begitu cepat serta begitu drastisnya kau membalikkan telapak tangan di atas nestapa. Ingin rasanya aku pergi, berlari yang jauh hingga tak seorang pun yang mampu menemukanku. Selintas sahabat berkata, sejauh apapun kau berlari tetap tidak akan lepas dari semua masalah kecuali kau bisa menghadapinya. Ya terima kasih kawan, Aku memang harus siap untuk menghadapinya.
Tapi tetap aku ingin terus kabur, terus berlari dan terus mengadu kepada sang alam tentang rasa galau, kecewa, patah hati atau kemarahan dalam diri ini yang tak pernah mampu untuk ku ungkapkan pada dunia.
Kau tlah membawa awan mendung maret lalu, gelap dan semakin pekat. Hingga akhirnya kau menurunkan hujan deras pada april yang penuh akan duka.
April menggila!!Teringat argument seorang sahabat… “Life must go on..” faktanya ada ataupun tanpa dia hidup harus tetap berlanjut kawan…
Ya! Akan ku daki tanjakan-tanjakan terjal ini walaupun disertai hujan badai yang begitu deras dalam jiwa ini.
Mungkin jalur-jalur yang kuberikan amatlah terjal dan begitu banyak tebing-tebing curam yang kapan saja mampu memerosokanmu kedalam jurang yang suram. Sedangkan, ia mampu menunjukan ribuan jalur landai padamu yang katanya mutlak tuk menggapai puncak.
Tapi bukankah aku lebih hebat..??
Faktanya aku bisa mengantarkanmu melewati tanjakan-tanjakan terjal itu!
Kau telah buta, kau sudah terlalu banyak menelan doktrin-doktrin yang ia berikan padamu.
Sungguh, hidupmu penuh akan ego..
Waktu kian berputar semakin menjauh. Kau sudah begitu banyak merajut cerita, sementara aku masih tetap bertanya “mengapa tak kau lihat aku..??” merintih pedih dalam diri.
Ku yakin masih tersirat ribuan banyak kenangan di raut wajahmu yang tak mungkin kau lupakan dengan mudahnya. Namun, ia telah membuangnya seperti ia menghempaskan asap-asap rokok yang keluar dari mulut dan hidungnya. Penuh pertanyaan memang, bahkan terkesan munafik.
Disana hanya sekilas ku lihat keangkuhan sang merapi yang katanya gagah perkasa itu. Layaknya ia, yang menurutmu memiliki pemikiran yang hebat namun tak sedikitpun dapat kulihat keistimewaan itu.
Merapi memang dikenal dengan puncaknya yang gahar namun bukankah ia lebih cepat untuk didaki yang hanya memerlukan waktu 4 jam untuk menggapainya. Berbeda dengan rivalnya merbabu yang membutuhkan waktu hingga 8 jam untuk menggapainya. Sedikit tertawa kecil dalam hati, Ya kau pikirkan saja artinya sendiri.
Ku yakin takdir tak begitu saja mempertemukan kita. Namun, ia dengan mudahnya memisahkan kita.Aku memang bodoh dan kau membuat ku gila! Aku tak berdaya.
Sungguh,, aku tak ingin beranjak turun. Ya, dari Merbabu.
Di sana aku menemukan cinta, di sana aku menemukan hadirnya sosokmu yang selalu menguatkan jiwaku.
Langkah demi langkah selalu ku awasi setiap gerakmu dan mata ini takkan pernah lelah untuk menjagamu walau keadaan gelap gulita sekalipun aku tetap tegak melihatmu. Walau ku tau kau tak pernah menyadari itu.
Ingatkah kau, saat langkah kita terhenti di persimpangan.
Kita berdua tegak berdiri meluncurkan pandangan kekaguman betapa indahnya keharuman hamparan sabana edelweiss di padang itu.
Sejenak beristirahat beberapa gambar pun kita ambil, lalu ku genggam erat jemari tanganmu dan kau pun menyambut lebih erat genggaman tanganku. Aku pun berusaha mengungkapkan apa yang memang patut untuk ku perjuangkan. Tak ingin rasanya aku beranjak melangkah dari tempat itu, tak ingin kulepaskan dekapanku dan kan ku rasakan setiap detak jantungmu lalu ku bilang…aku sayang padamu…
Sungguh kau begitu labil dalam mengambil keputusan..
Aku lemah, lunglai dan merasa tak berarti..
Kau begitu berharga bagiku walaupun ku tau kini tak sedikit pun aku berarti untukmu.
Merbabu,
Ia menjadi saksi bisu perjalanan terakhir cinta antara kau dan aku.
Musuko n musume no kaeru.
Apa kau masih ingat tentang apa yang sering kita impikan dulu..??
Tentang Pernikahan, tentang masa depan, tentang resepsi yang habis dalam satu hari atau tentang gaun kebaya yang akan kau gunakan nanti..?? Aku ingat, tepahat jelas semua impian itu dalam imajiku.
Kita berusaha untuk saling menimpali satu sama lain, berharap semua kan menjadi kenyataan dan indah pada waktunya.
Namun, ternyata hidup tak semudah dengan apa yang kita bayangkan.
Layaknya kita mendaki merbabu, di sertai dengan hujan yang cukup deras kita harus mampu menerobos rimbunnya hutan belantara yang licin dan gelap yang kadang membuat kita terpleset dan terjatuh, banyak pula kita jumpai tebing-tebing yang curam dan tanjakan-tanjakan terjal yang memaksa kita untuk merangkak dan bahkan membuat nafas kita jadi terengah-engah dalam melewatinya. Meskipun sulit, kita harus bertahan dan tetap bersama untuk melanjutkan pendakian.
Ingatkah kau saat kita di guyur hujan yang begitu deras ketika kita melewati tanjakan setan, gede pangrango..??
Apa kau ingat pula sewaktu kita di hantam dingin dan kencangnya badai di hutan lamtoro, sindoro..??
Bukankah kita selalu bersama..??
Bukankah selalu ku genggam erat jemari tanganmu..??
Apakah tak ada sedikitpun pelajaran yang dapat kau ambil dari setiap pendakian yang kita lakukan??
Sungguh,, aku terlalu jauh berkhayal hingga akhirnya aku tersesat dalam belantara sabana cintamu.
Tak pantaskah aku tuk mencari jalan keluar?? ataukah kini kau yang telah tersesat??
Mungkin kau telah tersesat dalam kawah hati ini yang penuh akan pahit asam belerang, ataukah puncak ini terlalu rendah untuk kau daki?? Kau buta, kau tak mampu melihat aku yang tegak berdiri di triangulasi puncak ini.
Masihkah kau dengar lantunan tembang kiroro mirai’e, winter song atau miss you love milik silverchair. Ku yakin kau masih mendengarnya, ya walaupun tak di sampingku pastinya.Kau takkan pernah menyadari hal-hal besar yang begitu bermakna dalam hidupmu yang mungkin masih kau rasa sampai saat ini. Kau takkan pernah mengerti, lalu bagaimana dengan hal-hal kecil yang membawa perubahan besar dalam dirimu??
Tahukah kau..? kita adalah seorang backpacker yang begitu banyak berpetualang dalam mengkhayalkan impian yang akhirnya impian itu kandas dan terpisah menjadi dua paradigma yang berbeda kisah dan cerita. Amarah, jeritan hati dan depresi jiwa yang berbanding terbalik dengan terpahatnya ukiran abadi cincin di jari manismu.
Kecewa menggila!!
Perjuanganku pupus.
Sulit di percaya, karna waktu terasa begitu cepat serta begitu drastisnya kau membalikkan telapak tangan di atas nestapa. Ingin rasanya aku pergi, berlari yang jauh hingga tak seorang pun yang mampu menemukanku. Selintas sahabat berkata, sejauh apapun kau berlari tetap tidak akan lepas dari semua masalah kecuali kau bisa menghadapinya. Ya terima kasih kawan, Aku memang harus siap untuk menghadapinya.
Tapi tetap aku ingin terus kabur, terus berlari dan terus mengadu kepada sang alam tentang rasa galau, kecewa, patah hati atau kemarahan dalam diri ini yang tak pernah mampu untuk ku ungkapkan pada dunia.
Kau tlah membawa awan mendung maret lalu, gelap dan semakin pekat. Hingga akhirnya kau menurunkan hujan deras pada april yang penuh akan duka.
April menggila!!Teringat argument seorang sahabat… “Life must go on..” faktanya ada ataupun tanpa dia hidup harus tetap berlanjut kawan…
Ya! Akan ku daki tanjakan-tanjakan terjal ini walaupun disertai hujan badai yang begitu deras dalam jiwa ini.
Mungkin jalur-jalur yang kuberikan amatlah terjal dan begitu banyak tebing-tebing curam yang kapan saja mampu memerosokanmu kedalam jurang yang suram. Sedangkan, ia mampu menunjukan ribuan jalur landai padamu yang katanya mutlak tuk menggapai puncak.
Tapi bukankah aku lebih hebat..??
Faktanya aku bisa mengantarkanmu melewati tanjakan-tanjakan terjal itu!
Kau telah buta, kau sudah terlalu banyak menelan doktrin-doktrin yang ia berikan padamu.
Sungguh, hidupmu penuh akan ego..
Waktu kian berputar semakin menjauh. Kau sudah begitu banyak merajut cerita, sementara aku masih tetap bertanya “mengapa tak kau lihat aku..??” merintih pedih dalam diri.
Ku yakin masih tersirat ribuan banyak kenangan di raut wajahmu yang tak mungkin kau lupakan dengan mudahnya. Namun, ia telah membuangnya seperti ia menghempaskan asap-asap rokok yang keluar dari mulut dan hidungnya. Penuh pertanyaan memang, bahkan terkesan munafik.
Disana hanya sekilas ku lihat keangkuhan sang merapi yang katanya gagah perkasa itu. Layaknya ia, yang menurutmu memiliki pemikiran yang hebat namun tak sedikitpun dapat kulihat keistimewaan itu.
Merapi memang dikenal dengan puncaknya yang gahar namun bukankah ia lebih cepat untuk didaki yang hanya memerlukan waktu 4 jam untuk menggapainya. Berbeda dengan rivalnya merbabu yang membutuhkan waktu hingga 8 jam untuk menggapainya. Sedikit tertawa kecil dalam hati, Ya kau pikirkan saja artinya sendiri.
Ku yakin takdir tak begitu saja mempertemukan kita. Namun, ia dengan mudahnya memisahkan kita.Aku memang bodoh dan kau membuat ku gila! Aku tak berdaya.
Sungguh,, aku tak ingin beranjak turun. Ya, dari Merbabu.
Di sana aku menemukan cinta, di sana aku menemukan hadirnya sosokmu yang selalu menguatkan jiwaku.
Langkah demi langkah selalu ku awasi setiap gerakmu dan mata ini takkan pernah lelah untuk menjagamu walau keadaan gelap gulita sekalipun aku tetap tegak melihatmu. Walau ku tau kau tak pernah menyadari itu.
Ingatkah kau, saat langkah kita terhenti di persimpangan.
Kita berdua tegak berdiri meluncurkan pandangan kekaguman betapa indahnya keharuman hamparan sabana edelweiss di padang itu.
Sejenak beristirahat beberapa gambar pun kita ambil, lalu ku genggam erat jemari tanganmu dan kau pun menyambut lebih erat genggaman tanganku. Aku pun berusaha mengungkapkan apa yang memang patut untuk ku perjuangkan. Tak ingin rasanya aku beranjak melangkah dari tempat itu, tak ingin kulepaskan dekapanku dan kan ku rasakan setiap detak jantungmu lalu ku bilang…aku sayang padamu…
Sungguh kau begitu labil dalam mengambil keputusan..
Aku lemah, lunglai dan merasa tak berarti..
Kau begitu berharga bagiku walaupun ku tau kini tak sedikit pun aku berarti untukmu.
Merbabu,
Ia menjadi saksi bisu perjalanan terakhir cinta antara kau dan aku.
Musuko n musume no kaeru.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar